Selasa, 05 Februari 2008

Tipologi Manusia


Tipologi Manusia

Di dunia ini Anda bebas memilih mau menjadi manusia tipe seperti apapun. Anda bebas memilih mau jadi apa. Kayak lirik lagu anak-anak: “Susan-susan kalau gedhe mau jadi apa..” dst. Tentunya lagu anak-anak haruslah bernuansa edukatif. Kalau saja berbau porno, asusila atau ada unsur-unsur yang merusak lainnya dalam lirik lagu anak-anak tadi, pastilah Pak Wardiman-Mendikbud (mendikbud saat penulisan naskah ini, red) kita akan mencak-mencak.

Secara konseptual-ideal, manusia selalu dihimbau untuk menjadi peran dan status yang baik. Jarang bahkan tidak ada institusi formal semisal sekolah yang menghimbau/ mengajak anak-anak didiknya menjadi koruptor, penjahat atau bahkan tukang santet.

Alhamdulillah, manusia dikaruniai oleh Allah SWT bekal yang lengkap : jiwa, hati dan akal. Dengan tiga komponen itulah, manusia secara dikotomis bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Dikatakan mungkin, karena di dunia yang semakin modern ini batasan antara yang haq dan yang bathil kadang samar-samar.

Tak kurang lagi Allah memberikan bekal hidup yang sempurna, diturunkan lewat nabi pamungkas : Muhammad SAW yaitu Al-quran yang suci. Rasanya sudah cukup bekal yang dimiliki oleh manusia, untuk mengarungi perjalanan hidupnya yang panjang, berduri dan berliku-liku ini.

Tapi manusia bukanlah malaikat, yang bisa terhindar dari dosa. Tapi manusia yang baik adalah selalu berusaha menjadi baik. Manusia progressif namanya. Saat terjebak dalam dosa, segera bangkit, istighfar, dan taubatan nashuha.

Dosa seringkali terasa nikmat, sedang amalan berpahala terasa getir. Manusia berulangkali melakukan perbuatan dosa. Seringkali mencari alasan pembenar perbuatan itu. Seringkali manusia menjadi pemberontak.

Sebesar apapun wujud sikap pemberontakan manusia di hadapan Allah, hal seperti itu tidak berarti apapun. Yang merugi adalah manusia itu sendiri. Bukankah Allah telah membekali manusia dengan komponen yang lengkap?. Sehingga manusia pada hakekatnya mampu membedakan perbuatan yang tergolong bashiron wa nadhiron?.

Manusia mempunyai tipe yang bermacam-macam. Ada manusia ideal yang baik : yang mampu mengerjakan amalan shalih dan meninggalkan laranganNya. Manusia Muttaqin namanya. Ada yang hanya suka salah satunya. Ada pula yang suka mengerjakan kedua-duanya, amalan shalih suka maksiat juga suka. Mungkin seperti singkatan STMJ (Shalat Terus Maksiat Jalan).

Yang jenis ini sepertinya banyak dijumpai saat ini. Kalau dipikir-pikir kadang lucu dengan tipologi jenis ini. Namun itulah warna kehidupan ini. Banyak sekali contohnya. Seorang koruptor mengucap basmalah saat akan memalsu angka-angka dalam proposal tender.

Penjambret melafadzkan hamdalah setelah menggaet barang jarahan. Kadang malah berujar: “Alhamdulillah dapat barang, walaupun sedikit. Namanya juga ikhtiar.” Lho kok?. Seorang maling kepergok hansip berujar : “Astaghfirullahaladzim, waduh gue kepergok nih!” Istighfarnya sudah betul, namun ia terlanjur nyolong. Realitas yang cukup kontras dan ironis!. Itulah kehidupan. Anda pilih menjadi manusia tipe yang mana?.

Surabaya, Kedondong Kidul Pk 19.05WIB
Rabu 12 Maret 1997
Rabu 3 Zulqoidah 1417 H


Tidak ada komentar: